test

Sabtu, 15 Januari 2011

Sambutan buat Duta Reggae Indonesia

Loveful Heights to each & everyone. Semoga kalian sehat & cerah pada bulan suci Ramdhan ini karena everything is Irie in Norway & I feel blessed to be here.

2 September, 2008 akhirnya sehabis mengalami sedikit 'ga enak badan' akibat iklim yang terlampau dingin ketimbang cuaca negeri Indonesia, D.R.I. telah membuat beberapa janji dengan Ras Steven ( Groundation Movement) & Dhita (Barongsai Project).

Saya mulai hari Selasa itu dengan berjalan-jalan ke pusat kota Oslo yaitu Sentrum. Rencana & target pertama hari itu adalah silahturahmi ke toko 'Royal Fashion' yang mejual berbagai macam aksesoris Rasta & Reggae dari T-Shirt Bob Marley, Tam Rasta, Emblem & patch Haile Selassie - I hingga CD-CD artis Reggae mancanegara.

Saat memasuki toko 'Royal Fashion' yang letakna sedikit tersembunyi di jalan Storo, perasaan Nostalgia kembali ke hati mendengar & melihat "vibez" toko ini, membuat saya mengenang masa D.R.I. di Brooklyn,New York. Pemilik 'Royal Fashion' itu sedan berada di kasir & dia langsung menyambut saya dengan hangat, Jacqueline panggilian akrabnya lekas akrab dengan sambutan & percakapan yang mengalir begitu saja.

Ia adalah wanita berdarah Zambia, negeri Afrika. Suaminya seorang musisi Reggae asal Jamaika yang punya proyek musik namanya "Dubtronik", Jacquline telah tinggal di Oslo kurang lebih 20 tahun. Ia bercerita mengapa ia "berani" membuka toko seperti ini di Norwegia karena ia yakin bahwa komunitas Reggae & para Rastafarian cukup besar jumlahnya di Oslo, 'toh' sudah terbukti 3 tahun toko ini berjaya.

"Ini toko bukan milikku tetapi milik kita semua (pejuang Reggae), aku bisa cabut dari toko ini kapan saja & semua barang tak akan dicuri karena, Ya kalau anda mencuri disini berarti anda mencuri milik rumah keluarga anda sendiri & itu bukanlah prinsip & tindakkan seorang Rastaman" Jacqueling berkata & mengungkap "ada konsekuensi membuka toko ini karena timbul banyak orang yang memakai baju & warna 'merah,emas,hijau' walau tak faham makna sebenarnya apa. Aku menyebutnya 'Fashion Rasta' & 'Fashion Dreadlocks' maka itu aku juga menyediakan buku-buku di toko ini, bilamana ada orang yang tidak tahu. Aku akan bilang bilang ambil waktu sebentar untuk membaca buku ini mengenai pergerakkan RastafarI & Haile Selassie I agar anda tahu RastafarI berdiri di dunia ini untuk apa."
D.R.I. di Royal Fashion,dari kiri : Junior Maestro,
Ras Muhamad,Jacqueline & Ras Steven


Setelah 'obrolan asyik' & sedikit promosi oleh D.R.I. dengan memutarkan album "Reggae Ambassador" - Ras Muhamad di toko 'Royal Fashion'...ada telfon masuk ke ponsel Jacqueline, ternyata itu Ras Steven.
"Ras Muhamad sudah tibakah???"
"udah,ni aku lagi dengerin musiknya di tokoku" jawab Jacqueline.
"I'm on my way" ujar Ras Steven, tak lama kemudian Ras Steven datang...
sudah lama D.R.I. tak bertemu dengan RastafarIan sejenisnya, seorang bangsawan sekaligus serdadu, seorang pangeran sekaligus tentara...TENTARA KEDAMAIAN.
seorang putra Negus Haile Selassie, seorang yang memiliki gelar RAS !!!

"Yes, I !!! Greetings & welcome to Oslo...Selassie-I ! " Ras Steven menyapa hangat D.R.I.
"Lion Paw !" ujarnya.

Lion Paw adalah isyarat & gerak tubuh melambangkan persaudaraan dimana lengan kanan diulurkan ke atas & tangan membentuk tangan/cakaran singa & bahu saling saling menyentuh dengan yang menjabat selama tiga kali demikian itulah Lion Paw, Royal Greeting yang hanya Rastaman ketahui.
"Dis our Empress right here,Iya" Ras Steven menyebut Jacqueline sebagai ratu di pergerakkan Reggae & Rasta di Oslo...memang betul sepertinnya Queen Jacqueline mengasuh,membantu & mendukung pemuda-pemuda jalanan yang memiliki aspirasi untuk menjadi seorang signifikan dengan musik.
Setelah menghabiskan waktu lumayan lama di 'Royal Fashion', JAH Steven ingin mengajak D.R.I. untuk mengenal sedikit Kota Oslo. Ia menjelaskan bahwa daerah ini lebih banyak imigran dari Vietnam,Iran,Turki & Afrika, mata saya baru terbuka bahwa Oslo tak seindah,tak setentram & sebersih dengan kesan saya pada hari pertama. Kotor & terkena vandalisme sepertinya inilah hati perjuangan, sisi kota dengan penduduk yang terlantar & menjadi kelas B di negara yang sangat makmur.

Kami istirahat sebentar di dekat stasiun kereta bawah tanah, salah satu sosok muncul, pria berpostur tegap & tinggi, di masa uzur,etnisitas kulit hitam, mengenakan Jaket flannel & bros " Lion of Judah" terjepit di daerah dada kirinya. Dreadlock pendeknya sedikit muncul dalam tam hitamnya yang berstrip 'merah,emas,hijau'. "Ras Muhamad perkenalkan ini Masaii elder (senior) kita, dia seperti aku dari Kenya" kata Iya Steven. Mengetahui bahwa dia seorang sesepuh, D.R.I. menyapa hangat dengan "Big Respect!", ternyata Masaii sudah lama di komunitas di mana beliau mencetuskan pergerakkan soundsystem Reggae. Beliau memberi saya sebuah flyer "Iman playing here!" ternyata di flyer itu tercantum nama DJ Masaii yang akan nge-spin & menjadi pembuka show Inner Circle akhir bulan ini di kota Oslo.

ingat Inner Circle,saudaraku? grup yang menyayikan tembang "A-la-la-la-long" & sebelum mereka menjadi terlalu Pop dengan Reggaenya pernah dipimpin oleh sang legenda, "the Killer" sang pembunuh di depan mikrofon,almarhum Jacob Miller !

belum sebulan Don Carlos maen di Oslo, ada internasional artis Reggae mengisi acara disin lagi...
Damn! saya berfikir Reggae tiada habisnya walau di negara cuaca dingin.
Saat ini kami menuju ke studio & kafenya Dhita,sang gitaris dari Barongsai Project keturunan Tionghoa Malan. Dhita adalah pemilik studio yang membuka sebuah wadah untuk para musisi muda teraspirasi, ialah sahabat erat Ras Steven & mereka sudah berteman sesaat Iya Steven pindah ke Oslo dari Kenya. Dua corong dari sebuah "shotgun"pendek,merekalah motor-motor HipHop/Reggae di gerakkan bawah tanah Oslo.

Ras Steven dengan 'Groundation movement'-nya & Dhita dengan 'Barongsai Project'-nya. "Aku namain project-ku dengan berbau Indonesia karena aku ingin orang-orang di komunitas ini tahu bahwa yang mencetuskan proyek ini adalah seorang keturunan Indonesia" ujar Dhita.
dalam vokal booth studio Dhita,Ras Steven di depan

Yes,Respect...Salut untuk Bung Dhita walau ia lahir & besar di negeri asing ibundanya tetap menanamkan jiwa nasionalisme ke hati Dhita. Ia menjelaskan bahwa ibundanya mengajarkan & menegaskan bahwa dia orang Indonesia, pujian terbaik dari orang Norwegia kepada imigran & generasi ke dua penduduk asing adalah "mereka (penduduk asing) sudah tinggal seperti orang Norwegia" demikian dengan rasa menolak asimilasi apakah menjadi orang Indonesia, menjadi diri sendiri sebagai putra bangsa Indonesia di negeri asing itu dipandang lebih rendah & inferior ???
menurut ibunda Dhita tidak & saya setuju dengan gagasan ibundanya, be proud of your heritage & kenanglah para pejuang tanah air.
sosok Dhita sendiri cukup unik karena ia masih bisa bercakap Indonesia dengan intonasi Jawa "medok"-nya, itu terbukti bahwa warnya manusia merah-putih tak luntur dari dirinya.
Dhita juga mempunyai penyakit mata,nyaris buta & tidak bisa mengenali sahabatnya walau hanya sejarak 5 meter dia tetap tegar belajar. Katanya "Aku belajar dari audio books, buku-buku dalam format audio. Dengan modus ini aku ingin membantu anak-anak yang memiliki penyakit seperti aku. Rencananya aku ingin pindah & melakukan ini di Bali dengan terus berkarya di musik."
"Ya!" kata Ras Steven "kita jadikan Norwegia sebagai markas saja & kita bergerak secara global, kau di Indonesia & aku di Kenya, albumku bentar lagi selesai !"
wah,visi & tujuan hebat. berfikir secara global & menyatukan pergerakkan.

Saat D.R.I. asyik mengobrol dengan Dhita, Ras Steven & Masaii permisi untuk masuk ke studio lebih dahulu. Kami menyusul mereka sekitar 15 menit kemudian, ternyata mereka sedang mendengar album saya.
"Yes,I! ku menangkap 'vibez'-mu Ras". Waktu terasa sangat cepat saat di studio, kami membahas langkah ke depan, membangun sebagian studio & D.R.I. sempat memutarkan lagu-lagu baru.
sedang menikmati lagu-lagu baru D.R.I. dari paling depan lensa :
DJ Masaii,Ras Steven & Dhita

"Crisis" lagu pertama yang diputar membuat semua di tempat goyang & bersorak "BLO!" suara tembakan salut. Iya Steven sempat menekan tombol 'back' di laptopnya untuk memutar ulang lagu "Crisis" walau lagu itu baru berjalan selama 20 detik.

Iya Steven sepertinya mengerti tanpa saya jelaskan "Album pertamamu seperti perkenalan tapi lagu-lagu barumu lebih menunjukkan dirimu sebenarnya dengan apa yang kau ingin sampaikan."

wah...tepat sekali persepsinya, ada sesuatu yang memang jauh berbeda yang ingin saya ungkapkan kepadamu, Indonesia.

begitulah,sambutan buat Duta Reggae Indonesia di Norwegia dengan sedikit penjamuan bir Jamaika, Red Stripe yang sudah 3 tahun lamanya D.R.I. tak mencicipi.

Reggae,Rebellion,Red Stripes & Loveful vibez.

Give Thanks & Praises

Duta Reggae Indonesia
H.E. Ras Muhamad
Komposisioner Sosial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

search entri